Minggu, 20 Mei 2012

koarktasio Aorta

KATA PENGANTAR

            Bismillahirrahmaanirrahim,
Puji syukur kehadirat allah SWT. Atas karunia dan nikmatnya sehingga makalah yang berjudul “KOARKTASIO AORTA” dapat diselesaikan.
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas Ilmu Dasar Keperawatan (IDK).
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu, kritik dan saran penulis harapkan demi perbaikan selanjutnya.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.





Makassar, 19 Mei  3012
                                                                                                Penyusun,

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PEMBAHASAN : 1. KONSEP DASAR MEDIS
a.      Pengertian
b.      Anatomi fisiologi
c.       Komponen sistem induksi jantung
d.      Peace maker
e.      Etiologi
f.        Patofisiologi
g.      Manifestasi klinik
h.      Penatalaksanaan medis
i.        Tes diagnostik
j.        Komplikasi
2. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
a.         Pengkajian
b.         diagnosa keperawatan
c.         intervensi keperawatan
d.         tujuan
e.         perencanaan pemulangan
f.          implementasi
g.         evaluasi
PENUTUP : a. Kesimpulan
b. Saran
DAFTAR PUSTAKA
PEMBAHASAN
1.      Konsep Dasar Medis
a.      Pengertian
KOARTASIO AORTA adalah kelainan yang terjadi pada aorta berupa adanya penyempitan didekat percabangan arteri subklavia kiri dari arkus aorta dan pangkal duktus arteriousus battoli.
Koartasio Aorta adalah penyempitan pada aorta, yang biasanya terjadi pada titik dimana duktus arteriosus tersambung dengan aorta dan aorta membelok ke bawah.
Aorta adalah arteri utama pada tubuh. Aorta mengedarkan darah yang kaya akan oksigen ke seluruh bagian tubuh, kecuali paru-paru. Cabang pertama dari aorta mengalirkan darah ke tubuh bagian atas (lengan dan kepala). Kemudian darah mengalir ke tubuh bagian bawah (perut dan tungkai).
b.      Anatomi Fisiologi
Sistem kardiovaskuler merupakan sistem yang memberi fasilitas proses pengangkutan berbagai substansi dari, dan ke sel-sel tubuh. Sistem ini terdiri dari organ penggerak yang disebut jantung, dan sistem saluran yang terdiri dari arteri yang mergalirkan darah dari jantung, dan vena yang mengalirkan darah menuju jantung. Jantung manusia merupakan jantung berongga yang memiliki 2 atrium dan 2 ventrikel. Jantung merupakan organ berotot yang mampu mendorong darah ke berbagai bagian tubuh. Jantung manusia berbentuk seperti kerucut dan berukuran sebesar kepalan tangan, terletak di rongga dada sebalah kiri. Jantung dibungkus oleh suatu selaput yang disebut perikardium. Jantung bertanggung jawab untuk mempertahankan aliran darah dengan bantuan sejumlah klep yang melengkapinya. Untuk mejamin kelangsungan sirkulasi, jantung berkontraksi secara periodik.
Otot jantung berkontraksi terus menerus tanpa mengalami kelelahan. Kontraksi jantung manusia merupakan kontraksi miogenik, yaitu kontaksi yang diawali kekuatan rangsang dari otot jantung itu sendiri dan bukan dari syaraf.
Terdapat beberapa bagian jantung (secara anatomis) akan kita bahas dalam makalah ini, diantaranya yaitu :
·      Bentuk Serta Ukuran Jantung
Jantung merupakan organ utama dalam sistem kardiovaskuler. Jantung dibentuk oleh organ-organ muscular, apex dan basis cordis, atrium kanan dan kiri serta ventrikel kanan dan kiri. Ukuran jantung panjangnya kira-kira 12 cm, lebar 8-9 cm seta tebal kira-kira 6 cm. Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200 sampai 425 gram dan sedikit lebih besar dari kepalan tangan. Setiap harinya jantung berdetak 100.000 kali dan dalam masa periode itu jantung memompa 2000 galon darah atau setara dengan 7.571 liter darah. Posisi jantung terletak diantar kedua paru dan berada ditengah tengah dada, bertumpu pada diaphragma thoracis dan berada kira-kira 5 cm diatas processus xiphoideus. Pada tepi kanan cranial berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa III dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Pada tepi kanan caudal berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Tepi kiri cranial jantung berada pada tepi caudal pars cartilaginis costa II sinistra di tepi lateral sternum, tepi kiri caudal berada pada ruang intercostalis 5, kira-kira 9 cm di kiri linea medioclavicularis. Selaput yang membungkus jantung disebut perikardium dimana terdiri antara lapisan fibrosa dan serosa, dalam cavum pericardii berisi 50 cc yang berfungsi sebagai pelumas agar tidak ada gesekan antara perikardium dan epikardium. Epikardium adalah lapisan paling luar dari jantung, lapisan berikutnya adalah lapisan miokardium dimana lapisan ini adalah lapisan yang paling tebal. Lapisan terakhir adalah lapisan endokardium.
·      Ruang Dalam Jantung
Ada 4 ruangan dalam jantung dimana dua dari ruang itu disebut atrium dan sisanya adalah ventrikel. Pada orang awam, atrium dikenal dengan serambi dan ventrikel dikenal dengan bilik.
Kedua atrium merupakan ruang dengan dinding otot yang tipis karena rendahnya tekanan yang ditimbulkan oleh atrium. Sebaliknya ventrikel mempunyai dinding otot yang tebal terutama ventrikel kiri yang mempunyai lapisan tiga kali lebih tebal dari ventrikel kanan.
Kedua atrium dipisahkan oleh sekat antar atrium (septum interatriorum), sementara kedua ventrikel dipisahkan oleh sekat antar ventrikel (septum inter-ventrikulorum). Atrium dan ventrikel pada masing-masing sisi jantung berhubungan satu sama lain melalui suatu penghubung yang disebut orifisium atrioventrikuler.
Orifisium ini dapat terbuka atau tertutup oleh suatu katup atrioventrikuler (katup AV). Katup AV sebelah kiri disebut katup bikuspid (katup mitral) sedangkan katup AV sebelah kanan disebut katup trikuspid.
·      Katup-Katup Jantung
Diantara atrium kanan dan ventrikel kanan ada katup yang memisahkan keduanya yaitu katup trikuspid, sedangkan pada atrium kiri dan ventrikel kiri juga mempunyai katup yang disebut dengan katup mitral/ bikuspid. Kedua katup ini berfungsi sebagai pembatas yang dapat terbuka dan tertutup pada saat darah masuk dari atrium ke ventrikel.

1.    KatupTrikuspid

Katup trikuspid berada diantara atrium kanan dan ventrikel kanan. Bila katup ini terbuka, maka darah akan mengalir dari atrium kanan menuju ventrikel kanan. Katup trikuspid berfungsi mencegah kembalinya aliran darah menuju atrium kanan dengan cara menutup pada saat kontraksi ventrikel. Sesuai dengan namanya, katup trikuspid terdiri dari 3 daun katup.

2. Katup pulmonal 
Setelah katup trikuspid tertutup, darah akan mengalir dari dalam ventrikel kanan melalui trunkus pulmonalis. Trunkus pulmonalis bercabang menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri yang akan berhubungan dengan jaringan paru kanan dan kiri. Pada pangkal trunkus pulmonalis terdapat katup pulmonalis yang terdiri dari 3 daun katup yang terbuka bila ventrikel kanan berkontraksi dan menutup bila ventrikel kanan relaksasi, sehingga memungkinkan darah mengalir dari ventrikel kanan menuju arteri pulmonalis.




3.Katup bikuspid 
Katup bikuspid atau katup mitral mengatur aliran darah dari atrium kiri menuju ventrikel kiri.. Seperti katup trikuspid, katup bikuspid menutup pada saat kontraksi ventrikel.Katup bikuspid terdiri dari dua daun katup.



4. Katup Aorta 
Katup aorta terdiri dari 3 daun katup yang terdapat pada pangkal aorta. Katup ini akan membuka pada saat ventrikel kiri berkontraksi sehingga darah akan mengalir keseluruh tubuh. Sebaliknya katup akan menutup pada saat ventrikel kiri relaksasi, sehingga mencegah darah masuk kembali kedalam ventrikel kiri.
c.        Komponen Sistem Induksi Jantung 
1. Sinoatrial
2. Atrioventrikular
3. RA, LA, RV, LV 
d.      Peace Meker ( Pusat Picu Jantung )
Fungsi utama jantung adalah memompa darh ke seluruh tubuh dimana pada saat memompa jantung otot-otot jantung (miokardium) yang bergerak. Untuk fungsi tersebut, otot jantung mempunyai kemampuan untuk menimmbulkan rangsangan listrik.
Aktifitas kontraksi jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh selalu didahului oleh aktifitas listrik. Aktifitas listrik inidimulai pada nodus sinoatrial (nodus SA) yang terletak pada celah antara vena cava suiperior dan atrium kanan. Pada nodus SA mengawali gelombang depolarisasi secara spontan sehingga menyebabkan timbulnya potensial aksi yang disebarkan melalui sel-sel otot atrium, nodus atrioventrikuler (nodus AV), berkas His, serabut Purkinje dan akhirnya ke seluruh otot ventrikel.
 
e.      Etiologi
Resiko terjadinya koartasio aorta meningkat pada beberapa keadaan genetik, seperti sindroma Turner (disgenosis gonad : suatu keadaan pada anak perempuan, dimana salah satu dari kromosom Xnya hilang sebagian atau hilang seluruhnya). Koartasio aorta juga berhubungan dengan kelainan bawaan pada katup aorta (misalnya katup bikuspidalis). Kelainan ini ditemukan pada 1 dari 10.000 orang. Biasanya terdiagnosis pada masa kanak-kanak atau dewasa dibawah 40 tahun.
f.        Patofisiologi
Koartasio aorta dapat terjadi sebagai obstruksi jukstaduktal tersendiri atau atau hipoplasia tubuler aorta transversum mulai pada salah satu pembuluh darah kepala atau leher dan meluas ke daerah duktus (koartasio preduktal). Seringkali kedua komponem ada. Dirumuskan bahwa koartasio dimulai pada kehidupan janin pada adanya kelainan jantung yang menyebabkan aliran darah melalui katup aorta berkurang (misalnya, katup aorta biskupid, VSD).
Sesudah lahir, pada koartosio jukstaduktal tersendiri, darah aorta asendens akan menggalir melalui segmen sempit untuk mencapai aorta desendens. walaupun akan menghasilkan hipertensi dan hipertrofi ventrkel kiri. Pada umur beberapa hari pertama, duktus arterius paten dapat berperan melebarkan area aorta justadukal dan memberi perbaikan obstruksi sementara. Pada bayi ini terjadi shunt duktus dari kiri kekanan dan mereka tidak sianosis. Sebaiknya, pada koartasio justadukal yang lebih berat atau bila ada hipoplasia arkus transversum, darah ventrikel kanan terejeksi melalui duktus untuk memasuk aorta desenden, seperti dilakukan selama kehidupan janin. Perfusi tubuh bagian bawah kemudian tergantung pada curah ventrikel kanan. Pada keadaan ini, nadi pemoralis dapat teraba, dan perbedaan tekanan darah mungkin tidak membantu dalam membuat diagnosis. Namun shunt dari kanan kekiri duktus akan bermanifestasi sebagai sianosis diferensial dengan ekstremitas atas merah (pink) dan ekstremitas bawah biru (sianosis).
Bayi – bayi demikian mungkin menderita hipertensi pulmonal dan tahanan paskuler pulmonal yang tinggi. Tanda – tanda gagal jantung nyata. Kadang – kadang, segmen hipoplastik isthmus aorta yang berat dapat menjadi artetik sempurna, menghasilkan arkus aorta ternganggu dengan arteria subklavia kiri keluar sebelah proksimal atau distal gangguan. Dahulu, koartasio yang disertai dengan hipoplasia arkus dirujuk sebagai tipe infantil, ”karena ia biasanya. Tipe dewasa disebut koartasio jukstadukal saja, yang jika ringan biasanya tidak datang sampai masa anak akhir. Istilah ini telah dinganti dengan istilah anatomi yang lebih tepat yang disebut sebelumnya menggambarkan lokasi dan keparah defek.
Tekanan darah naik pada pembuluh darah yang keluar sebelah proksimal koartasio. Tekanan darah juga tekanan nadi dibawah konstrisi lebih rendah. Hipertensi bukan karena obstruksi mekanik saja, tetapi juga melibatkan mekanisme ginjal. Jika tidak dioperasi pada masa bayi, koartasi aorta biasanya menimbulkan pertumbuhan sirkulasi kolateral yang luas, terutama dari cabang – cabang thoraks dan subkapiler arteria aksilaris dapat juga membesar sebagai saluran kolateral. Pembuluh darah ini bergabung dengan cabang – cabang epigastrik inferior arteria femoral membentuk saluran darah arterial untuk memintas daerah koartasio. Pembuluh darah yang turut membentuk sirkulasi kolateral dapat menjadi sangat besar dan berkelok – kelok pada awal masa dewasa.
g.      Manifestasi Klinis
Gejalanya mungkin baru timbul pada masa remaja, tetapi bisa juga muncul pada saat bayi, tergantung kepada beratnya tahanan terhadap aliran darah.
Gejalanya berupa:
1. pusing
2. pingsan
3. kram tungkai pada saat melakukan aktivitas
4. tekanan darah tinggi yang terlokalisir (hanya pada tubuh bagian atas)
5. kaki atau tungkai teraba dingin
6. kekurangan tenaga
7. sakit kepala berdenyut
8. perdarahan hidung
9. nyeri tungkai selama melakukan aktivitas.
Pada usia beberapa hari sampai 2 minggu, setelah duktus ateriosus menutup, beberapa bayi mengalami gagal jantung. Terjadi gangguan pernafasan yang berat, bayi tampak sangat pucat dan pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan asam di dalam darah (asidosis metabolik).
1. Pada bayi dapat terjadi gagal jantung
2. Umumnya tidak ada keluhan, biasanya ditemukan secara kebetulan
3. Palpasi : raba arteri radialis dan femoralis secra bersamaan
·         Pada arteri radialis lebih kuat
·         Pada arteri femoralis teraba lebih lemah
4. Auskultasi :
·         Terdengar bisng koartasio pada punggung yang merupakan bising obtruksi
·         Jika lumen aorta sangat menyempit terdengar bising kontinue pada aorta.
h.      Penatalaksanaan Medis
Pembedahan yang dilakukan untuk mencegah obtruksi pembuluh aorta dengan dilakukan pelebaran arteri subklavia dan pangkalduktus arterious battoli yaitu dengan “ Open Heart”
Kelainan ini sebaiknya segera diperbaiki pada awal masa kanak-kanak untuk mengurangi beban kerja pada ventrikel kiri. Pembedahan biasanya dilakukan pada usia prasekolah (biasanya umur 3-5 tahun). Jika terjadi gagal jantung, segera diberikan prostaglandin untuk membuka duktus arteriosus dan obat lainnya untuk memperkuat jantung serta pembedahan darurat untuk memperbaiki aorta. Bagian aorta yang menyempit dapat dibuang melalui pembedahan atau kadang dilakukan tindakan non-bedah berupa kateterisasi balon untuk melebarkan bagian yang menyempit. Pada pembedahan, bagian aorta yang menyempit dibuang. Jika bagian yang terbuang hanya sedikit, kemudian dibuat anastomisis (penyambungan kembali kedua ujung aorta) atau kedua ujung aorta dijembatani oleh pencangkokan dakron.
Kekambuhan koartasio aorta jarang terjadi jika:
1. pembedahan dilakukan pada masa bayi atau masa kanak-kanak
2. sampai masa dewasa tidak ditemukan perbedaan tekanan darah antara lengan dan tungkai.
Koartasio kambuhan biasanya diatasi dengan pelebaran balon non-bedah atau dengan pencangkokan suatu bahan melalui prosedur kateterisasi.
i.        Test Diagnostik
Untuk memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan berikut:
1. Angiografi koroner
2. CT scan dada
3. MRI dada
4. Ekokardiografi
5. USG Doppler aorta
6. Rontgen dada
7. EKG (menunjukkan adanya pembesaran ventrikel kiri)
8. Kateterisasi jantung.
j.        Komplikasi
1. Perdarahan otak
2. Ruptur aorta
3. Endokarditis
2.      KONSEP DASAR KEPERAWATAN
a.      Pengkajian
1. Riwayat keperawatan : respon fisiologis terhadap defek (sianosis, aktivitas terbatas)
2. Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas, retraksi, bunyi jantung tambahan (machinery mur-mur), edera tungkai, hepatomegali.
3. Kaji adanya hipoksia kronis : Clubbing finger
4. Kaji adanya hiperemia pada ujung jari
5. Kaji pola makan, pola pertambahan berat badan
6. Pengkajian psikososial meliputi : usia anak, tugas perkembangan anak, koping yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak, koping keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress.
b.      Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan Curah jantung b.d malformasi jantung.
2. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal.
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.
5. Resiko infeksi b.d menurunnya status kesehatan.
6. Perubahan peran orang tua b.d hospitalisasi anak, kekhawatiran terhadap penyakit anak.
c.       Intervensi Keperawatan                        
1. Penurunan Curah jantung b.d malformasi jantung.
Tujuan
Intervensi
Mempertahankan curah jantung yang adekuat :
1. Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, warna dan kehangatan kulit
2. Tegakkan derajat sianosis (sirkumoral, membran mukosa, clubbing)
3. Monitor tanda-tanda CHF (gelisah, takikardi, tachypnea, sesak, mudah lelah, periorbital edema, oliguria, dan hepatomegali)
4. Kolaborasi pemberian digoxin sesuai order, dengan menggunakan teknik pencegahan bahaya toksisitas.
5. Berikan pengobatan untuk menurunkan afterload
6. Berikan diuretik sesuai indikasi.
2. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal.
Tujuan
Intervensi
Mengurangi adanya peningkatan resistensi pembuluh paru:
1. Monitor kualitas dan irama pernafasan
2. Atur posisi anak dengan posisi fowler
3. Hindari anak dari orang yang terinfeksi
4. Berikan istirahat yang cukup
5. Berikan nutrisi yang optimal
6. Berikan oksigen jika ada indikasi
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel.
Tujuan
Intervensi
Mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat :
1. Ijinkan anak untuk sering beristirahat, dan hindarkan gangguan pada saat tidur
2. Anjurkan untuk melakukan permainan dan aktivitas ringan
3. Bantu anak untuk memilih aktivitas yang sesuai dengan usia, kondisi dan kemampuan anak.
4. Hindarkan suhu lingkungan yang terlalu panas atau terlalu dingin
5. Hindarkan hal-hal yang menyebabkan ketakutan / kecemasan pada anak
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.
Tujuan
Intervensi
Mempertahankan pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang sesuai
1. Sediakan diit yang seimbang, tinggi zat-zat nutrisi untuk mencapai pertumbuhan yang adekuat
2. Monitor tinggi badan dan berat badan, dokumentasikan dalam bentuk grafik untuk mengetahui kecenderungan pertumbuhan anak
3. Timbang berat badan setiap hari dengan timbangan yang sama dan waktu yang sama
4. Catat intake dan output secara benar
5. Berikan makanan dengan porsi kecil tapi sering untuk menghindari kelelahan pada saat makan
6. Anak-anak yang mendapatkan diuretik biasanya sangat haus, oleh karena itu cairan tidak dibatasi.
5. Resiko infeksi b.d menurunnya status kesehatan
Tujuan
Intervensi
Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi
1. Hindari kontak dengan individu yang terinfeksi
2. Berikan istirahat yang adekuat
3. Berikan kebutuhan nutrisi yang optimal
6. Pengkajian psikososial meliputi : usia anak, tugas perkembangan anak, koping yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak, koping keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress.
Tujuan
Intervensi
Memberikan support pada orang tua
1. Ajarkan keluarga / orang tua untuk mengekspresikan perasaannya karena memiliki anak dengan kelainan jantung, mendiskudikan rencana pengobatan, dan memiliki peranan penting dalam keberhasilan pengobatan
2. Ekplorasi perasaan orang tua mengenai perasaan ketakutan, rasa bersalah, berduka, dan perasaan tidak mampu
3. Mengurangi ketakutan dan kecemasan orang tua dengan memberikan informasi yang jelas
4. Libatkan orang tua dalam perawatan anak selama di rumah sakit
5. Memberikan dorongan kepada keluarga untuk melibatkan anggota keluarga lain dalama perawatan anak.
d.      Hasil Yang Diharapkan
1. Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung
2. Anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan resistensi pembuluh paru
3. Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi badan
4. Anak akan mempertahankan intake makanan dan minuman untuk mempertahankan berat badan dan menopang pertumbuhan
5. Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi
6. Orang tua akan mengekspresikan perasaannya akibat memiliki anak dengan kelainan jantung, mendiskusikan rencana pengobatan, dan memiliki keyakinan bahwa orang tua memiliki peranan penting dalam keberhasilan pengobatan.
e.      Perencanaan Pemulangan
1. Kontrol sesuai waktu yang ditentukan
2. Jelaskan kebutuhan aktiviotas yang dapat dilakukan anak sesuai dengan usia dan kondisi penyakit
3. Mengajarkan ketrampilan yang diperlukan di rumah, yaitu :
·         Teknik pemberian obat
·         Teknik pemberian makanan
·         Tindakan untuk mengatasi jika terjadi hal-hal yang mencemaskan tanda-tanda komplikasi, siapa yang akan dihubungi jika membutuhkan pertolongan.
f.        Implementasi
Setelah perencanaan penulis mengacu pada tahap implementasi. Pada tahap ini penulis melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebelumnya.
Banyak faktor yang mendukung terlaksananya implementasi keperawatan dianatranya: peran keluarga yang mendukung, tersedianya alat-alat serta adanya bimbingan dari perawat ruangan, CI ruangan, pembimbing dari akademik, serta adanay peran dokter yang menentukan diagnosa menurut medis.
g.      Evaluasi
Dari hasil diagosa didapatkan ternyata ada kesenjangan antara teori dan kenyataan di lapangan, hal ini dapat dilihat dari perbandingan antara diagnosa teori dan diagnosa yang ada di lapangan.
PENUTUP

A.       Kesimpulan

KOARTASIO AORTA adalah kelainan yang terjadi pada aorta berupa adanya penyempitan didekat percabangan arteri subklavia kiri dari arkus aorta dan pangkal duktus arteriousus battoli.
Resiko terjadinya koartasio aorta meningkat pada beberapa keadaan genetik, seperti sindroma Turner (disgenosis gonad : suatu keadaan pada anak perempuan, dimana salah satu dari kromosom Xnya hilang sebagian atau hilang seluruhnya). Koartasio aorta juga berhubungan dengan kelainan bawaan pada katup aorta (misalnya katup bikuspidalis). Kelainan ini ditemukan pada 1 dari 10.000 orang. Biasanya terdiagnosis pada masa kanak-kanak atau dewasa dibawah 40 tahun.
B.     Saran

§  Diharapkan mahasiswa/perawat dapat lebih mempersiapkan diri baik dari segi teori, skill, maupun mental dalam menghadapi klien agar dapat memberikan kontribusi yang maksimal bagi peningkatan status kesehatan klien.
§  Memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi klien dengan melihat aspek bio-psiko-sosio-spiritual

DAFTAR PUSTAKA
2.        http://stnj.wordpress.com/2012/01/09/asuhan-keperawatan-pada-ny-u-dengan-hipertensi/