KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim,
Puji syukur kehadirat allah SWT. Atas karunia dan nikmatnya sehingga
makalah yang berjudul “KOARKTASIO AORTA” dapat diselesaikan.
Makalah
ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas Ilmu Dasar Keperawatan (IDK).
Penulis
menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, oleh karena
itu, kritik dan saran penulis harapkan demi perbaikan selanjutnya.
Akhirnya
penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang
memerlukannya.
Makassar, 19 Mei
3012
Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
PEMBAHASAN
: 1. KONSEP DASAR MEDIS
a. Pengertian
b. Anatomi fisiologi
c. Komponen sistem induksi jantung
d. Peace maker
e. Etiologi
f.
Patofisiologi
g. Manifestasi klinik
h. Penatalaksanaan medis
i.
Tes diagnostik
j.
Komplikasi
2. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
a.
Pengkajian
b.
diagnosa
keperawatan
c.
intervensi
keperawatan
d.
tujuan
e.
perencanaan
pemulangan
f.
implementasi
g.
evaluasi
PENUTUP
: a. Kesimpulan
b. Saran
DAFTAR
PUSTAKA
PEMBAHASAN
1. Konsep Dasar Medis
a.
Pengertian
KOARTASIO AORTA adalah
kelainan yang terjadi pada aorta berupa adanya penyempitan didekat percabangan
arteri subklavia kiri dari arkus aorta dan pangkal duktus arteriousus
battoli.
Koartasio Aorta adalah
penyempitan pada aorta, yang biasanya terjadi pada titik
dimana duktus arteriosus tersambung dengan aorta dan aorta
membelok ke bawah.
Aorta adalah arteri
utama pada tubuh. Aorta mengedarkan darah yang kaya akan oksigen ke seluruh
bagian tubuh, kecuali paru-paru. Cabang pertama dari aorta mengalirkan darah ke
tubuh bagian atas (lengan dan kepala). Kemudian darah mengalir ke tubuh bagian
bawah (perut dan tungkai).
b.
Anatomi Fisiologi
Sistem kardiovaskuler
merupakan sistem yang memberi fasilitas proses pengangkutan berbagai substansi
dari, dan ke sel-sel tubuh. Sistem ini terdiri dari organ penggerak yang
disebut jantung, dan sistem saluran yang terdiri dari arteri yang mergalirkan
darah dari jantung, dan vena yang mengalirkan darah menuju jantung. Jantung
manusia merupakan jantung berongga yang memiliki 2 atrium dan 2 ventrikel.
Jantung merupakan organ berotot yang mampu mendorong darah ke berbagai bagian
tubuh. Jantung manusia berbentuk seperti kerucut dan berukuran sebesar kepalan
tangan, terletak di rongga dada sebalah kiri. Jantung dibungkus oleh suatu
selaput yang disebut perikardium. Jantung bertanggung jawab untuk
mempertahankan aliran darah dengan bantuan sejumlah klep yang melengkapinya.
Untuk mejamin kelangsungan sirkulasi, jantung berkontraksi secara periodik.
Otot jantung
berkontraksi terus menerus tanpa mengalami kelelahan. Kontraksi jantung manusia
merupakan kontraksi miogenik, yaitu kontaksi yang diawali kekuatan rangsang
dari otot jantung itu sendiri dan bukan dari syaraf.
Terdapat beberapa
bagian jantung (secara anatomis) akan kita bahas dalam makalah ini, diantaranya
yaitu :
· Bentuk Serta Ukuran
Jantung
Jantung merupakan
organ utama dalam sistem kardiovaskuler. Jantung dibentuk oleh organ-organ
muscular, apex dan basis cordis, atrium kanan dan kiri serta ventrikel kanan
dan kiri. Ukuran jantung panjangnya kira-kira 12 cm, lebar 8-9 cm seta tebal
kira-kira 6 cm. Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200 sampai 425 gram
dan sedikit lebih besar dari kepalan tangan. Setiap harinya jantung berdetak
100.000 kali dan dalam masa periode itu jantung memompa 2000 galon darah atau
setara dengan 7.571 liter darah. Posisi jantung terletak diantar kedua
paru dan berada ditengah tengah dada, bertumpu pada diaphragma thoracis dan
berada kira-kira 5 cm diatas processus xiphoideus. Pada tepi kanan cranial
berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa III dextra, 1 cm dari tepi
lateral sternum. Pada tepi kanan caudal berada pada tepi cranialis pars
cartilaginis costa VI dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Tepi kiri cranial
jantung berada pada tepi caudal pars cartilaginis costa II sinistra di tepi
lateral sternum, tepi kiri caudal berada pada ruang intercostalis 5, kira-kira
9 cm di kiri linea medioclavicularis. Selaput yang membungkus jantung
disebut perikardium dimana terdiri antara lapisan fibrosa dan serosa, dalam
cavum pericardii berisi 50 cc yang berfungsi sebagai pelumas agar tidak ada
gesekan antara perikardium dan epikardium. Epikardium adalah lapisan paling luar
dari jantung, lapisan berikutnya adalah lapisan miokardium dimana lapisan ini
adalah lapisan yang paling tebal. Lapisan terakhir adalah lapisan endokardium.
· Ruang Dalam Jantung
Ada 4 ruangan
dalam jantung dimana dua dari ruang itu disebut atrium dan sisanya adalah
ventrikel. Pada orang awam, atrium dikenal dengan serambi dan ventrikel dikenal
dengan bilik.
Kedua atrium merupakan
ruang dengan dinding otot yang tipis karena rendahnya tekanan yang ditimbulkan
oleh atrium. Sebaliknya ventrikel mempunyai dinding otot yang tebal terutama
ventrikel kiri yang mempunyai lapisan tiga kali lebih tebal dari ventrikel
kanan.
Kedua atrium
dipisahkan oleh sekat antar atrium (septum interatriorum), sementara kedua
ventrikel dipisahkan oleh sekat antar ventrikel (septum inter-ventrikulorum).
Atrium dan ventrikel pada masing-masing sisi jantung berhubungan satu sama lain
melalui suatu penghubung yang disebut orifisium atrioventrikuler.
Orifisium ini dapat
terbuka atau tertutup oleh suatu katup atrioventrikuler (katup AV). Katup AV
sebelah kiri disebut katup bikuspid (katup mitral) sedangkan katup AV sebelah
kanan disebut katup trikuspid.
· Katup-Katup Jantung
Diantara atrium kanan
dan ventrikel kanan ada katup yang memisahkan keduanya yaitu katup trikuspid,
sedangkan pada atrium kiri dan ventrikel kiri juga mempunyai katup yang disebut
dengan katup mitral/ bikuspid. Kedua katup ini berfungsi sebagai pembatas yang
dapat terbuka dan tertutup pada saat darah masuk dari atrium ke ventrikel.
1. KatupTrikuspid
Katup trikuspid berada diantara atrium kanan dan ventrikel kanan. Bila katup ini terbuka, maka darah akan mengalir dari atrium kanan menuju ventrikel kanan. Katup trikuspid berfungsi mencegah kembalinya aliran darah menuju atrium kanan dengan cara menutup pada saat kontraksi ventrikel. Sesuai dengan namanya, katup trikuspid terdiri dari 3 daun katup.
2. Katup
pulmonal
Setelah katup
trikuspid tertutup, darah akan mengalir dari dalam ventrikel kanan melalui
trunkus pulmonalis. Trunkus pulmonalis bercabang menjadi arteri pulmonalis
kanan dan kiri yang akan berhubungan dengan jaringan paru kanan dan kiri. Pada
pangkal trunkus pulmonalis terdapat katup pulmonalis yang terdiri dari 3 daun
katup yang terbuka bila ventrikel kanan berkontraksi dan menutup bila ventrikel
kanan relaksasi, sehingga memungkinkan darah mengalir dari ventrikel kanan
menuju arteri pulmonalis.
3.Katup
bikuspid
Katup bikuspid atau
katup mitral mengatur aliran darah dari atrium kiri menuju ventrikel kiri..
Seperti katup trikuspid, katup bikuspid menutup pada saat kontraksi
ventrikel.Katup bikuspid terdiri dari dua daun katup.
4. Katup
Aorta
Katup aorta terdiri
dari 3 daun katup yang terdapat pada pangkal aorta. Katup ini akan membuka pada
saat ventrikel kiri berkontraksi sehingga darah akan mengalir keseluruh tubuh.
Sebaliknya katup akan menutup pada saat ventrikel kiri relaksasi, sehingga
mencegah darah masuk kembali kedalam ventrikel kiri.
c.
Komponen Sistem
Induksi Jantung
1. Sinoatrial
2. Atrioventrikular
3. RA, LA, RV,
LV
d.
Peace Meker ( Pusat Picu Jantung )
Fungsi utama jantung
adalah memompa darh ke seluruh tubuh dimana pada saat memompa jantung otot-otot
jantung (miokardium) yang bergerak. Untuk fungsi tersebut, otot jantung
mempunyai kemampuan untuk menimmbulkan rangsangan listrik.
Aktifitas kontraksi
jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh selalu didahului oleh aktifitas
listrik. Aktifitas listrik inidimulai pada nodus sinoatrial (nodus SA) yang
terletak pada celah antara vena cava suiperior dan atrium kanan. Pada nodus SA
mengawali gelombang depolarisasi secara spontan sehingga menyebabkan timbulnya
potensial aksi yang disebarkan melalui sel-sel otot atrium, nodus
atrioventrikuler (nodus AV), berkas His, serabut Purkinje dan akhirnya ke
seluruh otot ventrikel.
e.
Etiologi
Resiko terjadinya koartasio
aorta meningkat pada beberapa keadaan genetik, seperti sindroma Turner (disgenosis
gonad : suatu keadaan pada anak perempuan, dimana salah satu dari kromosom Xnya
hilang sebagian atau hilang seluruhnya). Koartasio aorta juga berhubungan
dengan kelainan bawaan pada katup aorta (misalnya katup
bikuspidalis). Kelainan ini ditemukan pada 1 dari 10.000 orang. Biasanya
terdiagnosis pada masa kanak-kanak atau dewasa dibawah 40 tahun.
f.
Patofisiologi
Koartasio aorta dapat
terjadi sebagai obstruksi jukstaduktal tersendiri atau atau hipoplasia tubuler
aorta transversum mulai pada salah satu pembuluh darah kepala atau leher
dan meluas ke daerah duktus (koartasio preduktal). Seringkali kedua
komponem ada. Dirumuskan bahwa koartasio dimulai pada kehidupan janin pada
adanya kelainan jantung yang menyebabkan aliran darah melalui katup aorta
berkurang (misalnya, katup aorta biskupid, VSD).
Sesudah lahir, pada
koartosio jukstaduktal tersendiri, darah aorta asendens akan menggalir melalui
segmen sempit untuk mencapai aorta desendens. walaupun akan menghasilkan
hipertensi dan hipertrofi ventrkel kiri. Pada umur beberapa hari pertama,
duktus arterius paten dapat berperan melebarkan area aorta justadukal dan
memberi perbaikan obstruksi sementara. Pada bayi ini terjadi shunt duktus dari
kiri kekanan dan mereka tidak sianosis. Sebaiknya, pada koartasio justadukal
yang lebih berat atau bila ada hipoplasia arkus transversum, darah ventrikel
kanan terejeksi melalui duktus untuk memasuk aorta desenden, seperti dilakukan
selama kehidupan janin. Perfusi tubuh bagian bawah kemudian tergantung pada
curah ventrikel kanan. Pada keadaan ini, nadi pemoralis dapat teraba, dan
perbedaan tekanan darah mungkin tidak membantu dalam membuat diagnosis. Namun
shunt dari kanan kekiri duktus akan bermanifestasi sebagai sianosis diferensial
dengan ekstremitas atas merah (pink) dan ekstremitas bawah biru (sianosis).
Bayi – bayi demikian
mungkin menderita hipertensi pulmonal dan tahanan paskuler pulmonal yang
tinggi. Tanda – tanda gagal jantung nyata. Kadang – kadang, segmen hipoplastik
isthmus aorta yang berat dapat menjadi artetik sempurna, menghasilkan arkus
aorta ternganggu dengan arteria subklavia kiri keluar sebelah proksimal atau
distal gangguan. Dahulu, koartasio yang disertai dengan hipoplasia arkus
dirujuk sebagai tipe infantil, ”karena ia biasanya. Tipe dewasa disebut
koartasio jukstadukal saja, yang jika ringan biasanya tidak datang sampai masa
anak akhir. Istilah ini telah dinganti dengan istilah anatomi yang lebih tepat
yang disebut sebelumnya menggambarkan lokasi dan keparah defek.
Tekanan darah naik pada pembuluh darah yang keluar sebelah
proksimal koartasio. Tekanan darah juga tekanan nadi dibawah konstrisi lebih
rendah. Hipertensi bukan karena obstruksi mekanik saja, tetapi juga melibatkan
mekanisme ginjal. Jika tidak dioperasi pada masa bayi, koartasi aorta biasanya
menimbulkan pertumbuhan sirkulasi kolateral yang luas, terutama dari cabang –
cabang thoraks dan subkapiler arteria aksilaris dapat juga membesar sebagai
saluran kolateral. Pembuluh darah ini bergabung dengan cabang – cabang
epigastrik inferior arteria femoral membentuk saluran darah arterial untuk
memintas daerah koartasio. Pembuluh darah yang turut membentuk sirkulasi
kolateral dapat menjadi sangat besar dan berkelok – kelok pada awal masa
dewasa.
g.
Manifestasi Klinis
Gejalanya mungkin baru
timbul pada masa remaja, tetapi bisa juga muncul pada saat bayi, tergantung
kepada beratnya tahanan terhadap aliran darah.
Gejalanya berupa:
1. pusing
2. pingsan
3. kram tungkai pada
saat melakukan aktivitas
4. tekanan darah
tinggi yang terlokalisir (hanya pada tubuh bagian atas)
5. kaki atau tungkai
teraba dingin
6. kekurangan tenaga
7. sakit kepala
berdenyut
8. perdarahan hidung
9. nyeri tungkai
selama melakukan aktivitas.
Pada usia beberapa hari
sampai 2 minggu, setelah duktus ateriosus menutup, beberapa bayi
mengalami gagal jantung. Terjadi gangguan pernafasan yang berat,
bayi tampak sangat pucat dan pemeriksaan darah menunjukkan peningkatan asam di
dalam darah (asidosis metabolik).
1. Pada bayi dapat
terjadi gagal jantung
2. Umumnya tidak ada
keluhan, biasanya ditemukan secara kebetulan
3. Palpasi : raba
arteri radialis dan femoralis secra bersamaan
·
Pada arteri radialis lebih kuat
·
Pada arteri femoralis teraba lebih lemah
4. Auskultasi :
·
Terdengar bisng koartasio pada punggung yang merupakan
bising obtruksi
·
Jika lumen aorta sangat menyempit terdengar bising
kontinue pada aorta.
h.
Penatalaksanaan Medis
Pembedahan yang dilakukan
untuk mencegah obtruksi pembuluh aorta dengan dilakukan pelebaran arteri
subklavia dan pangkalduktus arterious battoli yaitu dengan “ Open Heart”
Kelainan ini sebaiknya
segera diperbaiki pada awal masa kanak-kanak untuk mengurangi beban kerja pada
ventrikel kiri. Pembedahan biasanya dilakukan pada usia prasekolah (biasanya
umur 3-5 tahun). Jika terjadi gagal jantung, segera diberikan prostaglandin
untuk membuka duktus arteriosus dan obat lainnya untuk memperkuat jantung serta
pembedahan darurat untuk memperbaiki aorta. Bagian aorta yang menyempit dapat
dibuang melalui pembedahan atau kadang dilakukan tindakan non-bedah berupa
kateterisasi balon untuk melebarkan bagian yang menyempit. Pada pembedahan,
bagian aorta yang menyempit dibuang. Jika bagian yang terbuang hanya sedikit,
kemudian dibuat anastomisis (penyambungan kembali kedua ujung aorta) atau kedua
ujung aorta dijembatani oleh pencangkokan dakron.
Kekambuhan koartasio
aorta jarang terjadi jika:
1. pembedahan
dilakukan pada masa bayi atau masa kanak-kanak
2. sampai masa
dewasa tidak ditemukan perbedaan tekanan darah antara lengan dan tungkai.
Koartasio kambuhan
biasanya diatasi dengan pelebaran balon non-bedah atau dengan pencangkokan
suatu bahan melalui prosedur kateterisasi.
i.
Test Diagnostik
Untuk memperkuat
diagnosis, dilakukan pemeriksaan berikut:
1. Angiografi koroner
2. CT scan dada
3. MRI dada
4. Ekokardiografi
5. USG Doppler aorta
6. Rontgen dada
7. EKG (menunjukkan
adanya pembesaran ventrikel kiri)
8. Kateterisasi
jantung.
j.
Komplikasi
1. Perdarahan otak
2. Ruptur aorta
3. Endokarditis
2. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1. Riwayat
keperawatan : respon fisiologis terhadap defek (sianosis, aktivitas terbatas)
2. Kaji adanya
tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas, retraksi, bunyi jantung
tambahan (machinery mur-mur), edera tungkai, hepatomegali.
3. Kaji adanya
hipoksia kronis : Clubbing finger
4. Kaji adanya
hiperemia pada ujung jari
5. Kaji pola makan,
pola pertambahan berat badan
6. Pengkajian
psikososial meliputi : usia anak, tugas perkembangan anak, koping yang
digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak, koping
keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress.
b.
Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan Curah
jantung b.d malformasi jantung.
2. Gangguan
pertukaran gas b.d kongesti pulmonal.
3. Intoleransi
aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai
oksigen ke sel.
4. Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat makan dan meningkatnya
kebutuhan kalori.
5. Resiko infeksi
b.d menurunnya status kesehatan.
6. Perubahan peran
orang tua b.d hospitalisasi anak, kekhawatiran terhadap penyakit anak.
c. Intervensi
Keperawatan
1. Penurunan Curah
jantung b.d malformasi jantung.
Tujuan
|
Intervensi
|
Mempertahankan curah jantung yang adekuat :
|
1. Observasi kualitas dan kekuatan
denyut jantung, nadi perifer, warna dan kehangatan kulit
2. Tegakkan derajat sianosis
(sirkumoral, membran mukosa, clubbing)
3. Monitor tanda-tanda CHF (gelisah,
takikardi, tachypnea, sesak, mudah lelah, periorbital edema, oliguria, dan
hepatomegali)
4. Kolaborasi pemberian digoxin sesuai
order, dengan menggunakan teknik pencegahan bahaya toksisitas.
5. Berikan pengobatan untuk menurunkan
afterload
6. Berikan diuretik sesuai indikasi.
|
2. Gangguan
pertukaran gas b.d kongesti pulmonal.
Tujuan
|
Intervensi
|
Mengurangi adanya peningkatan resistensi
pembuluh paru:
|
1. Monitor kualitas dan irama
pernafasan
2. Atur posisi anak dengan posisi
fowler
3. Hindari anak dari orang yang
terinfeksi
4. Berikan istirahat yang cukup
5. Berikan nutrisi yang optimal
6. Berikan oksigen jika ada indikasi
|
3. Intoleransi
aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai
oksigen ke sel.
Tujuan
|
Intervensi
|
Mempertahankan tingkat aktivitas yang
adekuat :
|
1. Ijinkan anak untuk sering
beristirahat, dan hindarkan gangguan pada saat tidur
2. Anjurkan untuk melakukan permainan
dan aktivitas ringan
3. Bantu anak untuk memilih aktivitas
yang sesuai dengan usia, kondisi dan kemampuan anak.
4. Hindarkan suhu lingkungan yang
terlalu panas atau terlalu dingin
5. Hindarkan hal-hal yang menyebabkan
ketakutan / kecemasan pada anak
|
4. Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat makan dan meningkatnya
kebutuhan kalori.
Tujuan
|
Intervensi
|
Mempertahankan pertumbuhan berat badan dan
tinggi badan yang sesuai
|
1. Sediakan diit yang seimbang, tinggi
zat-zat nutrisi untuk mencapai pertumbuhan yang adekuat
2. Monitor tinggi badan dan berat
badan, dokumentasikan dalam bentuk grafik untuk mengetahui kecenderungan
pertumbuhan anak
3. Timbang berat badan setiap hari dengan
timbangan yang sama dan waktu yang sama
4. Catat intake dan output secara
benar
5. Berikan makanan dengan porsi kecil
tapi sering untuk menghindari kelelahan pada saat makan
6. Anak-anak yang mendapatkan diuretik
biasanya sangat haus, oleh karena itu cairan tidak dibatasi.
|
5. Resiko infeksi
b.d menurunnya status kesehatan
Tujuan
|
Intervensi
|
Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda
infeksi
|
1. Hindari kontak dengan individu yang
terinfeksi
2. Berikan istirahat yang adekuat
3. Berikan kebutuhan nutrisi yang
optimal
|
6. Pengkajian
psikososial meliputi : usia anak, tugas perkembangan anak, koping yang
digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap penyakit anak, koping
keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress.
Tujuan
|
Intervensi
|
Memberikan support pada orang tua
|
1. Ajarkan keluarga / orang tua untuk
mengekspresikan perasaannya karena memiliki anak dengan kelainan jantung,
mendiskudikan rencana pengobatan, dan memiliki peranan penting dalam
keberhasilan pengobatan
2. Ekplorasi perasaan orang tua
mengenai perasaan ketakutan, rasa bersalah, berduka, dan perasaan tidak mampu
3. Mengurangi ketakutan dan kecemasan
orang tua dengan memberikan informasi yang jelas
4. Libatkan orang tua dalam perawatan
anak selama di rumah sakit
5. Memberikan dorongan kepada keluarga
untuk melibatkan anggota keluarga lain dalama perawatan anak.
|
d.
Hasil Yang Diharapkan
1. Anak akan
menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung
2. Anak akan
menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan resistensi pembuluh paru
3. Anak akan tumbuh
sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi badan
4. Anak akan
mempertahankan intake makanan dan minuman untuk mempertahankan berat badan dan
menopang pertumbuhan
5. Anak tidak akan
menunjukkan tanda-tanda infeksi
6. Orang tua akan
mengekspresikan perasaannya akibat memiliki anak dengan kelainan jantung,
mendiskusikan rencana pengobatan, dan memiliki keyakinan bahwa orang tua
memiliki peranan penting dalam keberhasilan pengobatan.
e.
Perencanaan Pemulangan
1. Kontrol sesuai
waktu yang ditentukan
2. Jelaskan
kebutuhan aktiviotas yang dapat dilakukan anak sesuai dengan usia dan kondisi
penyakit
3. Mengajarkan
ketrampilan yang diperlukan di rumah, yaitu :
·
Teknik pemberian obat
·
Teknik pemberian makanan
·
Tindakan untuk mengatasi jika terjadi hal-hal
yang mencemaskan tanda-tanda komplikasi, siapa yang akan dihubungi jika
membutuhkan pertolongan.
f.
Implementasi
Setelah perencanaan
penulis mengacu pada tahap implementasi. Pada tahap ini penulis melaksanakan
asuhan keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebelumnya.
Banyak faktor yang
mendukung terlaksananya implementasi keperawatan dianatranya: peran keluarga
yang mendukung, tersedianya alat-alat serta adanya bimbingan dari perawat
ruangan, CI ruangan, pembimbing dari akademik, serta adanay peran dokter yang
menentukan diagnosa menurut medis.
g.
Evaluasi
Dari hasil diagosa
didapatkan ternyata ada kesenjangan antara teori dan kenyataan di lapangan, hal
ini dapat dilihat dari perbandingan antara diagnosa teori dan diagnosa yang ada
di lapangan.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
KOARTASIO AORTA adalah kelainan yang terjadi pada aorta berupa adanya
penyempitan didekat percabangan arteri subklavia kiri dari arkus aorta dan
pangkal duktus arteriousus battoli.
Resiko terjadinya
koartasio aorta meningkat pada beberapa keadaan genetik, seperti sindroma
Turner (disgenosis gonad : suatu keadaan pada anak perempuan, dimana
salah satu dari kromosom Xnya hilang sebagian atau hilang seluruhnya).
Koartasio aorta juga berhubungan dengan kelainan bawaan pada katup aorta (misalnya
katup bikuspidalis). Kelainan ini ditemukan pada 1 dari 10.000 orang.
Biasanya terdiagnosis pada masa kanak-kanak atau dewasa dibawah 40 tahun.
B. Saran
§ Diharapkan mahasiswa/perawat dapat lebih mempersiapkan diri baik dari segi
teori, skill, maupun mental dalam menghadapi klien agar dapat memberikan
kontribusi yang maksimal bagi peningkatan status kesehatan klien.
§ Memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi klien dengan melihat
aspek bio-psiko-sosio-spiritual
DAFTAR
PUSTAKA
2.
http://stnj.wordpress.com/2012/01/09/asuhan-keperawatan-pada-ny-u-dengan-hipertensi/